
Mokoh (Pengosekan, Ubud, 1936) adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya, Dewa Rai Batuan, seorang undagi (arsitek tradisional Bali) dan penabuh gamelan yang terkenal. Mokoh hanya mengenyam pendidikan tiga tahun di Sekolah Rakyat (SR). Mokoh mulai belajar menggambar sekitar umur 15 tahun. Di tengah kesibukan menggarap sawah, dia sering mencuri waktu untuk belajar melukis dengan teknik tradisional dari pamannya: I Gusti Ketut Kobot dan I Gusti Made Baret. Mokoh bertemu Rudolf Bonnet (1895 – 1978) dan belajar prinsip-prinsip seni lukis modern: teknik pengenalan warna, mencampur warna, komposisi, penggalian kreativitas, dan prinsip kebebasan dalam melukis. Bonnet mendorong Mokoh mencari kreasi sendiri, tidak mengikuti jejak Kobot dan Baret yang berkutat pada tema-tema tradisional. Sebelum bertemu dengan Mondo, seniman Itali, disekitar tahun 1989, Mokoh sudah mempunyai gaya tersendiri. Mokoh sudah pandai mencampur dan menciptakan warna. Mokoh lebih senang melukis pengalaman manusia secara individu atau berkelompok. Interaksi dan juga reaksi antar mereka dicerna, dihayati dan dituangkan didalam kanvas. Mokoh dikenal sebagai pelukis yang menggunakan warna dan tema yang sederhana, tidak ramai dan tidak penuh – banyak ruang kosong di lukisannya. Semua lukisan yang dipamerkan disini adalah hasil interaksi dengan Mondo. Setiap dua bulan, Mondo memberikan tiga foto dari perjalanannya di Thailand dan sekitarnya. Mokoh memilih satu dan membuat lukisan yang terinspirasi dari foto itu.
Dalam perioda tiga tahun (1990 – 1992) sedikitnya Mondo menunjukkan tujuh puluh foto kepada Mokoh. Mokoh membuat sekitar 22 lukisan. Mokoh menampilkan reaksi dan kreasinya dari berbagai pengalaman manusia yang tidak terlihat tapi bisa terjadi di Bali. Diantaranya pengalaman seorang pengemis yang tidak ada di desanya. Tetapi Mokoh berhasil menunjukan bagaimana beratnya atau hikmahnya hidup meski dalam kekurangan. Ada juga hal tabu yang terjadi dimana mana tetapi tidak pernah dibicarakan secara terbuka, apalagi dijadikan tema. Seperti interaksi intim antara dua sejoli: tidur dipaha kekasih setelah bercinta.
Mokoh bukan seorang pelukis realis. Mokoh memilih foto yang mengelitik jiwanya. Dari sana Mokoh mengolah, menghayati dan mencerna pengalaman manusia dalam menghadapi hidup apa adanya, seakan akan dia sendiri yang mengalami. Sekilas dari foto yang masih ada, Mokoh hanya memindahkan apa yang terlihat. Kalau diteliti dengan seksama, Mokoh menciptakan makna dan pengalaman visual baru.
Mokoh menambah, mengurangi dan mengubah hal kecil tetapi sangat berarti dibenaknya. Mokoh adalah pengamat kehidupan manusia dan interaksi dengan sesama yang mampu menampilkan hasil olah visual – terkadang serius atau jenaka.
Tidak banyak orang tahu, Mokoh dan Mondo menampilkan tiga pasang lukisan (tiga oleh Mokoh, tiga oleh Mondo dengan gaya Pengosekan) di Biennale Venisia di tahun 1993. Dua tahun kemudian, Musium Seni Asia di Fukuoka, Jepang menggelar pameran tunggal Mokoh di tahun 1995.