Pameran tunggal I Made Griyawan
29 Maret – 29 Mei 2018 di TiTian Art Space
Jl. Bisma 88 Ubud
Open House
Kamis, 29 Maret 2018
9.00 – 17.00
I MADE GRIYAWAN
Terlahir sebagai anak termuda dari 14 bersaudara di salah satu sentra seni lukis di daerah Batuan, dan bertumbuh didalam keluarga seniman membuatnya tak asing lagi dengan proses berkarya seni yang menghiasi keseharian I Made Griyawan (b.1979). Rumah dan lingkungannya adalah satu satunya laboratorium yang telah mengasah daya cipta dan keahlian mengolah rupa yang ia kuasai, mengingat absennya Griyawan dalam pendidikan seni secara formal. Namun sebagai perupa yang bisa dikatakan otodidak ia memegang teguh nasihat sang ayah untuk tidak pernah meniru dan mencari kesenangan sendiri. “Bermain di atas Air” tercatat sebagai pameran tunggal ketiga dari perjalanan visual Griyawan, dan dalam perjalanan inilah dia menemukan zona yang membuatnya berani untuk lebih mengeksplorasi ide ide yang lebih sederhana nan universal. Guratan guratan nuansa air yang menghiasi sebagian besar karyanya seolah memberikan kesuburan bagi lahirnya pembaruan dalam petualangan rupa Griyawan. Air yang tadinya hanya menjadi elemen pemenuh ruang lukisan perlahan menjelma menjadi bahasa visual yang unik dari sosok sang perupa, dan pada fase tertentu ia tidak merasa canggung untuk menjadikan “air” sebagai topik sentral dalam karyanya. Tradisi bertutur dalam kecenderungan para pelukis konvensional di Batuan perlahan mulai dilepaskan, walaupun disana sini masih kita tapaki jejak jejak filosofis yang bersumber pada teks teks relijius. Eksplorasi Griyawan tidak hanya berfokus pada tema yang merangkum kekaryaannya, adalah kegemarannya mencoba berbagai kemungkinan media pewarna yang ia pungut dari alam sekitarnya. Seperti penggunaan kelopak bunga yang diceplokkan sedemikian rupa pada beberapa karya. Tentu riset yang ia lakukan telah melewati serangkaian proses pengujian sehingga ia merasa percaya diri untuk menampilkan itu apa adanya. Bermain main untuk menangkap esensi kebebasan, merasakan kegembiraan dalam kebersahajaan seolah olah menjadi etos dalam kekaryaan Griyawan. Di atas Air yang menyejukkan juga menggelorakan meskipun dapat menghanyut tenggelamkan segala yang ada didalamnya.